 
                      2025-10-31 04:35:13
JAKARTA — Ekonom menilai keberadaan Koperasi Desa/Kelurahan (KopDes/Kel) Merah Putih sulit untuk menekan ketergantungan Indonesia terhadap impor. Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda menilai potensi KopDes Merah Putih untuk menekan impor pangan dan energi masih sangat kecil. Menurutnya, sebagian besar koperasi di Indonesia berukuran kecil dan setara dengan UMKM sehingga sulit memberikan dampak signifikan terhadap perekonomian nasional maupun mengurangi ketergantungan impor. Dia menilai KopDes/Kel Merah Putih pun kemungkinan tidak akan berpengaruh besar dalam menekan impor.“Kecil [KopDes/Kel Merah Putih bisa menekan impor], juga tidak berpengaruh karena bukan menyasar ke sektor produktif seperti pertanian ataupun industri,” kata Huda kepada Bisnis, Senin (27/10/2025). Huda menilai, sebagian besar koperasi di Indonesia bergerak di sektor jasa dan perdagangan, dan kemungkinan besar KopDes/Kel Merah Putih juga akan berada di dua sektor tersebut. Alhasil, sambung dia, sangat jauh jika KopDes/Kel Merah Putih bisa berkontribusi dalam substitusi impor.Selain itu, Huda menyebut kontribusi KopDes/Kel Merah Putih terhadap pertumbuhan ekonomi nasional juga akan minim atau tak mencapai angka 2%. “Jadi Kementerian Koperasi itu hanya berkhayal, KMP [Koperasi Merah Putih] bisa berkontribusi besar terhadap pertumbuhan ekonomi ketika pola bisnis dan prinsip dasar koperasi saja tidak sesuai,” tuturnya. Untuk itu, dia menilai kecil kemungkinan KopDes/Kel Merah Putih ini dapat menekan impor karena tidak menyasar sektor produktif seperti pertanian atau industri. Senada, Ekonom dari Universitas Paramadina Wijayanto Samirin juga menilai KopDes/Kel Merah Putih tidak akan berperan signifikan dalam mengurangi impor pangan dan energi. “Saya tidak melihat KDMP bisa berperan dalam mengurangi impor pangan dan energi,” kata Wijayanto kepada Bisnis. Dalam hal pertumbuhan ekonomi, Wijayanto melihat KopDes/Kel Merah Putih cenderung mengambil alih peran UMKM atau koperasi yang sudah ada, kecuali jika KopDes/Kel Merah Putih mempunyai inovasi bisnis baru. “Sayangnya, melihat cara pembentukan yang top-down dan kilat serta minimnya budaya entrepreneurial di KDMP, saya tidak melihat hal ini akan terjadi,” imbuhnya. Lebih lanjut, Wijayanto menilai program KopDes/Kel Merah Putih justru berpotensi menjadi zero-sum game lantaran tidak menciptakan aktivitas ekonomi baru. Di sisi lain, dia menilai tantangan utama dalam menekan impor pangan terletak pada karakteristik produksi domestik. Menurutnya, tantangan impor pangan adalah semakin tingginya konsumsi bahan pangan yang tidak dapat diproduksi secara efisien di dalam negeri, termasuk faktor iklim maupun geografis. “Pada saat yang bersamaan, kualitas tanah kita semakin memburuk akibat pemupukan berlebih dan luasan lahan semakin berkurang akibat alih lahan,” sambungnya. Dia juga menyebut narasi kemandirian pangan dan energi melalui KopDes/Kel Merah Putih terlalu berlebihan. “Saya justru khawatir, 95% KDMP tidak akan bisa menjadi koperasi yang mandiri dalam dua tahun mendatang,” tuturnya. Jika menengok dari Badan Usaha Milik Desa (BUMDes), hanya sekitar 6% saja yang sukses. Padahal, sambung dia, BUMDes didirikan secara gradual dengan melibatkan masyarakat desa. “KDMP ini top-down, rakyat desa merasa tidak memiliki dan tidak dilibatkan, support mereka akan sangat minimal,” imbuhnya. Untuk itu, dia mengingatkan adanya risiko finansial yang besar jika pembiayaan KopDes/Kel Merah Putih bermasalah. Dia menjelaskan, jika pinjaman dari himpunan bank milik negara (Himbara) hingga Rp3 miliar per KopDes/Kel Merah Putih macet, maka dana desa yang dijadikan agunan akan diambil oleh Bank Himbara. Sebelumnya, Kemenkop menilai keberadaan KopDes/Kel Merah Putih akan membantu pencapaian target pemerintah, yaitu pertumbuhan ekonomi 8% dan swasembada pangan nasional. Menteri Koperasi (Menkop) Ferry Juliantono mengatakan dengan mandiri dari sisi pangan dan energi, Indonesia diharapkan dapat menekan impor dan membangun swasembada pangan, energi, hingga sektor strategis lainnya. “Kalau koperasi desa berjalan, negara kembali hadir menguasai produk yang menjadi hajat hidup orang banyak. Kita bisa kurangi impor dan membangun swasembada pangan, energi, dan sektor strategis lainnya,” kata Ferry dalam keterangan tertulis, Senin (27/10/2025).https://ekonomi.bisnis.com/read/20251028/12/1923830/ekonom-ragu-kopdes-merah-putih-mampu-tekan-impor
© 2024 Netsprogram. All rights reserved.