2024-10-16 04:21:08
Jakarta - Presiden terpilih Prabowo Subianto punya pekerjaan rumah (PR) besar untuk mengatasi masalah pangan di Indonesia. Hal ini selaras dengan cita-cita Indonesia untuk bisa swasembada beras dan menghentikan aktivitas impornya.Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Sudaryono mengatakan, salah satu PR besar pemerintah terkait luas baku sawah yang turun. Saat ini, diperkirakan luas baku sawah mencapai 7,4 juta hektare."Luas baku sawah kita 7,4 juta (hektare) dan tiap tahun menurun. Kenapa menurun? Dipakai buat pabrik, buat rumah. Kemudian penduduk kita naik terus," kata Sudaryono, ditemui di Bidakara Hotel, Jakarta, Kamis (10/10/2024).Menurutnya, ada dua cara yang dapat dilakukan agar lahan cukup untuk memproduksi beras dan memenuhi kebutuhan masyarakat. Cara tersebut antara lain intensifikasi dan ekstensifikasi.Intensifikasi ini ialah upaya agar dalam 1 hektar lahan bisa dimaksimalkan produksinya. Menurut Sudaryono, hal ini bisa dilakukan melalui berbagai upaya, seperti pemupukan, pompanisasi, hingga irigasi."Itu dengan harapan kita bisa swasembada beras. Contohnya intensifikasi apa? Lahannya sama, yang tadinya panen sekali, gimana caranya panen dua kali, gimana caranya panen tiga kali. Itu sudah kita lakukan. Dengan pompanisasi, dengan irigasi, dengan macam-macam," ujarnya.Namun demikian, menurutnya intensifikasi saja tidak cukup. Dalam beberapa dekade ke depan, Sudaryono mengatakan perlu dilakukan ekstensifikasi atau cetak sawah. Ia menekankan, cetak sawah tidak harus dilakukan dengan membabat hutan."Cetak sawah itu sumbernya macam-macam. Ada yang lahannya milik rakyat, yang selama ini mungkin karena nggak ada irigasi, nggak ada air, tapi tanahnya itu dibiarin aja," kata dia.Ia pun mencontohkan dengan lahan di Kalimantan Tengah. Katanya, di sana ada saluran irigasi di mana area sisi-sisinya belum dijadikan sawah. Luasannya sekitar 500 ribu hektar. Lalu cetak sawah juga bisa dilakukan di lahan rawa."Di Kalimantan Barat, di Sumatera Selatan, ada lahan rawa. Lahan rawa itu tergenang air, tinggal dibikin. Namanya cetak sawah, bikin drainasenya, airnya dikeluarkan, dibikin kering, ditanamkan padi. Itu juga namanya cetak sawah," ujar Sudaryono."Jadi jangan misleading seolah-olah kita kayak penjahat lingkungan terus main sikat-sikat aja. Nggak. Semua pasti ada kajianya. Itu satu hal yang harus digarisbawahi," tutupnya.https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-7583988/pr-besar-prabowo-bikin-ri-nggak-terus-terusan-impor-beras
© 2024 Netsprogram. All rights reserved.