2024-10-09 05:42:30
Jakarta - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengungkapkan Indonesia saat ini ketergantungan impor Liquefied Petroleum Gas (LPG). Impor itu dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri yang tinggi."Terkait persoalan migas khususnya gas LPG, kita juga dalam kondisi yang memprihatinkan karena konsumsi kita sekarang 8 juta ton per tahun, kapasitas produksi kita cuma 1,7 juta ton. Jadi kita impor 6-7 juta ton," kata Bahlil dalam acara Malam Penghargaan Keselamatan Migas, Senin (7/10/2024)."Saya tanya kepada tim ESDM kenapa nggak bisa kita membuat LPG dalam negeri? Ternyata harus ada C3, C4, saya juga nggak ngerti C3, C4 tuh apa," tambahnya.Berdasarkan informasi yang didapat dari SKK Migas, dikatakan masih ada kurang lebih 2 juta yang bisa dikonversi untuk menjadi LPG. Ke depan, Bahlil mengaku akan menyarankan presiden terpilih Prabowo Subianto untuk segera membangun industri dalam negeri dan memanfaatkan bahan baku yang ada."Saya katakan bahwa insyaallah ke depan kalau Pak Prabowo punya program untuk kedaulatan energi, kami akan menyarankan agar segera membangun industri dalam negeri, memanfaatkan bahan-bahan baku yang ada dalam negeri kita," imbuhnya.Selain itu, harganya dipastikan lebih ekonomis. Bahlil tidak mau Indonesia terus bergantung pada perusahaan migas raksasa asal Arab Saudi, Aramco yang harganya justru lebih mahal."Dengan harga yang ekonomis, jangan harga Aramco contoh US$ 600, transport US$ 50 berarti US$ 650, industri dalam negeri dibelinya harga di bawah US$ 600, nggak fair menurut saya, malah saya melihat ada apa di balik ini," ucapnya.https://finance.detik.com/energi/d-7576976/bahlil-mau-tekan-impor-lpg-dan-nggak-tergantung-aramco-bagaimana-caranya
© 2024 Netsprogram. All rights reserved.